Saya mungkin termasuk solar daytime dreamer alias tukang mimpi. Banyak yang saya impikan, termasuk tinggal di kota dengan taman kota yang bisa diakses anytime amongst costless alias gratis. Mungkin ini efek keseringan nonton cinema luar negeri yang tidak jarang mengambil setting di sebuah taman luas. Bebas dari PKL tak tertib serta bersih dari sampah.
Bagaimana dengan Kebun Raya Bogor ?
Ya, nggak samalah. Walaupun luas dan tidak ada PKL -koreksi, di dalam KRB adanya nutrient stall hehehe- serta relatif bersih tapi waktu aksesnya terbatas mirip kantor. Dan, pake bayar pula! Hihihi. Bukannya tak mau bayar tapi jika kota seramai Destinations inwards Bangkok Thailand atau negara secuplik Singapura saja bisa punya banyak ruang publik, kenapa kita ngga ?
Well, sebetulnya ada namun tidak banyak. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencanaan Republic of Indonesia (IAP) tahun 2014, tingkat kenyamanan tinggal di 17 kota besar di Republic of Indonesia tergolong rendah. Indeks Kenyamanan Bogor hanya mencapai 60,5%. Apa saja hal-hal yang dijadikan dasar perhitungan Indeks Kenyamanan Kota atau Liveable City itu ? Dari 25 faktor, salah satunya adalah jumlah ruang terbuka alias taman kota.
Masih dari hasil survey yang sama ternyata Malang [69,3], Solo [69,38] dan Balikpapan [71,12] menunjukkan tingkat kenyamanan di atas rata-rata [63,62]. Saya belum pernah ke Solo, tapi sudah pernah ke Malang dan Balikpapan. Dan seingat saya, di dua kota tersebut memang banyak ditemukan ruang publik. Dan nampaknya dikelola baik.
Nampaknya Bogor tidak berpuas diri dengan Kebun Raya Bogor saja. Selain membenahi ruang publik yang sudah ada, belakangan bermunculan taman-taman yang ternyata memang ramai pengunjung. Walaupun belum sekelas Central Parknya New York, paling tidak tinggal di kota yang mempunyai ruang publik mulai jadi kenyataan.
Berikut three taman Kota Bogor yang gratis dikunjungi.
Baca juga v Mie Ayam di Kota Bogor.
Jika akhir pekan tiba, taman ini jadi salah satu pusat kegiatan penghuni kota. Mulai yang jalan pagi, orang-orang yang mencari sarapan hingga tempat berkumpulnya para komunitas seperti pehobi anjing, olah raga Capoeira hingga moko penjual aneka barang.
Sama seperti daerah Jl. Taman Kencana, kawasan Tanah Sareal ini dari dahulunya memang diperuntukkan sebagai wilayah pemukiman, hanya beda jaman. Jika Taman Kencana dirancang dari jaman Belanda dahulu, maka expanse Tanah Sareal merupakan pengembangan daerah hasil pemerintahan Kota Bogor di awal tahun 70-an.
Sumber https://mydairynote.blogspot.com
Bagaimana dengan Kebun Raya Bogor ?
Ya, nggak samalah. Walaupun luas dan tidak ada PKL -koreksi, di dalam KRB adanya nutrient stall hehehe- serta relatif bersih tapi waktu aksesnya terbatas mirip kantor. Dan, pake bayar pula! Hihihi. Bukannya tak mau bayar tapi jika kota seramai Destinations inwards Bangkok Thailand atau negara secuplik Singapura saja bisa punya banyak ruang publik, kenapa kita ngga ?
Well, sebetulnya ada namun tidak banyak. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencanaan Republic of Indonesia (IAP) tahun 2014, tingkat kenyamanan tinggal di 17 kota besar di Republic of Indonesia tergolong rendah. Indeks Kenyamanan Bogor hanya mencapai 60,5%. Apa saja hal-hal yang dijadikan dasar perhitungan Indeks Kenyamanan Kota atau Liveable City itu ? Dari 25 faktor, salah satunya adalah jumlah ruang terbuka alias taman kota.
Liveable City
Adalah istilah dalam keilmuan Tata Kota (Planologi) yang menggambarkan lingkungan dan suasana kota yang nyaman untuk dihuni serta sebagai tempat untuk beraktivitas. Dilihat dari aspek fisik [fasilitas perkotaan, contohnya] dan aspek non-fisik seperti akvitas ekonomi, hubungan sosial.Masih dari hasil survey yang sama ternyata Malang [69,3], Solo [69,38] dan Balikpapan [71,12] menunjukkan tingkat kenyamanan di atas rata-rata [63,62]. Saya belum pernah ke Solo, tapi sudah pernah ke Malang dan Balikpapan. Dan seingat saya, di dua kota tersebut memang banyak ditemukan ruang publik. Dan nampaknya dikelola baik.
Nampaknya Bogor tidak berpuas diri dengan Kebun Raya Bogor saja. Selain membenahi ruang publik yang sudah ada, belakangan bermunculan taman-taman yang ternyata memang ramai pengunjung. Walaupun belum sekelas Central Parknya New York, paling tidak tinggal di kota yang mempunyai ruang publik mulai jadi kenyataan.
Berikut three taman Kota Bogor yang gratis dikunjungi.
Taman Kencana
Sesuai namanya, taman ini berada di kawasan perumahan nan asri di Jl. Taman Kencana. Selain perumahan, daerah ini juga lekat dengan kampus negeri IPB, tepatnya gedung lama Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Menurut cerita almarhum kedua orang tua saya, kawasan ini dulunya merupakan daerah pemukiman elite di jamannya. Biasanya diperuntukkan bagi keturunan Belanda. Atau golongan pribumi yang termasuk high ambit society. Misalnya pegawai pemerintah yang jabatannya tinggi atau dosen IPB. Jika ingin melihat peninggalan arsitektur jaman Belanda, masih bisa ditemukan di kawasan tersebut, walaupun jumlahnya tinggal satu-dua.
Sebagaimana layaknya yang sering kita lihat di film-film, kaum bangsawan Eropa lekat dengan kesukaan berjalan-jalan atau menghabiskan waktu di taman. Apalagi hawa sejuk Bogor mendukung maka tak heran jika dibangun sebuah taman di daerah ini.
Karena daerah perkuliahan, tak heran jika di sekitaran Taman Kencana jadi salah satu sentra jajanan dan tempat nongkrong anak gaul Kota Bogor. Salah satunya mie ayam Kosim seperti yang pernah saya bahas di sini.
Jika akhir pekan tiba, taman ini jadi salah satu pusat kegiatan penghuni kota. Mulai yang jalan pagi, orang-orang yang mencari sarapan hingga tempat berkumpulnya para komunitas seperti pehobi anjing, olah raga Capoeira hingga moko penjual aneka barang.
Semenjak Taman Kencana direnovasi, PKL yang biasa mangkal disekeliling taman, termasuk mie ayam Kosim ditertibkan. Lokasinya dipindahkan ke samping jalan Gedung FKH, ke Jl. Ciremai Ujung. Memang jadi agak jauh, tapi demi kerapihan tata kota, why not? Still, this commons is a practiced selection for your calendar week end.
Taman Heulang
Sama seperti Taman Kencana, nama taman ini diberikan sesuai dengan lokasi di mana taman ini berada. Yup, di Jl. Heulang (Burung Elang dalam Bahasa Sunda). Mulanya taman ini hanya lapangan biasa di kawasan perumahan Tanah Sareal. Seingat saya lapangan relatif tak terurus, meinilik dari tumbuhan yang dibiarkan seadanya, rumput-rumput juga tumbuh tak rapih.
Sama seperti daerah Jl. Taman Kencana, kawasan Tanah Sareal ini dari dahulunya memang diperuntukkan sebagai wilayah pemukiman, hanya beda jaman. Jika Taman Kencana dirancang dari jaman Belanda dahulu, maka expanse Tanah Sareal merupakan pengembangan daerah hasil pemerintahan Kota Bogor di awal tahun 70-an.
Sebelumnya, lapangan ini sempat dijadikan sebagai tempat olah raga beberapa sekolah yang berada di kawasan Jl. Heulang. Setelah berubah penampakan seperti sekarang, Taman Heulang lebih cocok untuk tempat foto-foto seperti yang kami lakukan ^_^.
Taman Ekspresi
Dibandingkan dua taman sebelumnya, Taman Ekspresi terbilang baru. Mulanya ini hanya lahan kosong dengan kontur tanah berundak. Namun pemanfaatannya sebagai taman dengan konsep opened upwardly theater membuatnya menjadi unik. Pepohonan yang sudah lama tumbuh di lahan tersebut dibiarkan keberadaannya memjadikan taman tersebut kini menjadi expanse favorit kongkow murah-meriah walau di siang terik sekalipun.
Secara lokasi, sangat berdekatan dengan Taman Kencana. Yup, kawasan itu memang nampaknya memang dirancang sebagai kawasan layak huni dari jaman kolonial dahulu. Walau warisan penjajah namun layak untuk tetap dipertahankan keberadaannya.
Secara lokasi, sangat berdekatan dengan Taman Kencana. Yup, kawasan itu memang nampaknya memang dirancang sebagai kawasan layak huni dari jaman kolonial dahulu. Walau warisan penjajah namun layak untuk tetap dipertahankan keberadaannya.
Semoga Pemerintah Kota Hujan makin banyak menyediakan ruang publik sejenis dan keinginan menjadikan Bogor sebagai liveable metropolis dengan penghuni yang lebih civilized bisa tercapai nantinya.
References:
- https://anisavitri.wordpress.com/2010/06/09/ruang-terbuka-hijau-perkotaan-definisi-fungsi-cakupan-manfaatnya/
- Most Liveable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni
- Tingkat Kenyamanan 17 Kota Republic of Indonesia di Bawah Rata-rata